Thursday, 20 May 2021

Berjalan, Bukan Berlari

 

Latihlah diriku, supaya langkah-langkahku seirama dengan Engkau dan kehendak-Mu

Oleh : Paulina Damayanti

 

Ada yang pernah ikut olah raga racewalking atau jalan cepat? aku pernah mencoba ikut olah raga ini, dan ternyata tidak semudah yang ku bayangkan sebelumnya. Olah raga jalan cepat ini berbeda dengan lari atau jogging, kita harus berjalan dengan lengan dan kaki terayun bergantian, bergerak maju dengan melangkah. Setiap kali kita melangkah, kaki depan harus menyentuh tanah sebelum kaki belakang meninggalkan tanah. Begitulah kira-kira peraturannya. Sebetulnya tekniknya tidak terlalu sulit, yang sulit bagiku adalah menahan diri untuk tetap berjalan dan tidak berlari. Jalan cepat jenis ini memang melibatkan teknik-teknik yang sengaja dibatasi untuk mengekang keinginan alamiah tubuh untuk berlari.

Aku yang memiliki karakter serba terburu-buru dan tidak sabaran, sering kali gagal saat melakukan olah raga racewalking jarak jauh, karena bukannya jalan cepat namun malah berlari agar cepat sampai di garis finish. Meski kesannya mudah hanya berjalan ratusan meter, namun tidak demikian, jalan cepat juga membutuhkan energi, fokus, dan kekuatan, terlebih lagi kita harus melatih kesabaran dan mengendalikan diri kita untuk tetap berjalan. Kekuatan yang terkendali itulah intinya.

Dari racewalking, aku dapat belajar sesuatu, bagaimana cara mengekang keinginan alamiah tubuh untuk ‘berlari’, agar cepat sampai di ‘tujuan hidup’ kita, untuk cepat mendapatkan apa yang kita inginkan. Di dunia yang serba cepat ini, seringkali kita pun menjadi tidak sabaran untuk mendapatkan segala sesuatu, pun ketika sedang mendapatkan ujian dari Tuhan, kita menjadi tidak sabaran, dan ingin agar berbagai pergumulan, ujian, dan masalah kita cepat berlalu, selesai, sesuai dengan kehendak kita.

Terkadang Tuhan memang mengijinkan kita menempuh jalan yang panjang dalam hidup ini, entah dalam hal karier, rencana pernikahan, punya momongan, atau hal-hal lainnya, supaya kita lebih siap melakukan perjalanan di depannya nanti.

Ada satu kalimat dari romo Carolus Putranto, saat memberikan homilinya di Katedral Jakarta, yang sampai sekarang masih aku ingat, terlebih ketika sedang menghadapi masa-masa sulit, kira-kira begini isi kalimatnya :

Melalui masa sulit, Allah memberikan suatu pedagogi ilahi, suatu pendidikan, cara mendidik menurut kehendak Allah. Melalui masa-masa paling kelam, kita diajak untuk menggantungkan sepenuhnya harapan kita hanya kepada Allah. Tuhan hendak menyatakan kepada kita batas-batas kemampuan kita sebagai manusia, batas di mana akal budi kita berhenti, dan Tuhan meminta iman kita yang bekerja pada saat ini.

Saat iman kita goyah karena menghadapi kesulitan yang sangat berat, Tuhan sepertinya tidak setia. Akan tetapi, inilah cara Tuhan menguatkan iman kita, yaitu ketika kita menang melawan godaan untuk menyangsikan Tuhan. Itulah iman, yaitu mampu berharap ketika seolah olah tiada lagi alasan untuk berharap.

Ketika kita merasa banyak hal berjalan terlalu lambat dan melelahkan, kita dapat mempercayai Tuhan. Karena Tuhan maha mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui. Sama seperti mengizinkan lengan, kaki, dan telapak kaki dikendalikan oleh pikiran seorang pejalan cepat, menjadi penting bagi kita untuk mengendalikan diri terhadap kecenderungan kita mendahului Allah. Tidak perlu lelah ‘berlari’, sesungguhnya yang perlu kita lakukan hanyalah ‘berjalan’, dan biarkan Allah yang akan mengendalikan dan mengarahkan kita. Have faith in His plan. God’s got you!

No comments:

Post a Comment

FORMULA KEBERUNTUNGAN

The best luck of all is the luck you make for yourself (Douglas MacArthur)   Kita mungkin pernah tau bahwa di dunia ini ada jenis manusi...