(Paulina Damayanti)
Kecintaan
saya dengan anak-anak mendorong saya untuk bergabung dengan U-report UNICEF via
Twitter sejak bulan Februari 2015. Menurut saya, tidak cukup hanya memiliki gagasan
saja namun perlu diikuti aksi nyata untuk menunjukkan kepedulian kita terhadap
isu-isu yang menyangkut perlindungan anak. Terlebih mengingat semakin banyaknya
kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak-anak, kekerasan dalam
sekolah (bullying), pernikahan anak, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan
anak, maka saya tergerak untuk semakin aktif menyuarakan perubahan untuk
perlindungan anak melalui U-Report.
Pendidikan (Anak Putus Sekolah)
Sepanjang
tahun 2015 ini, menurut saya isu yang menarik dan penting untuk disuarakan adalah menyangkut ‘Anak Putus Sekolah’ (Pedidikan),
karena tak terelakkan lagi pendidikan adalah hak setiap anak. Seperti halnya
makanan dan pakaian, pendidikan adalah hal krusial yang harus dimiliki oleh
anak-anak Indonesia, karena pendidikan adalah pondasi penting bagi masa depan
anak-anak Indonesia. Namun faktanya, menurut data dari UNICEF sebanyak 2,5 juta
anak Indonesia putus sekolah, dan itu adalah berita buruk.
Penyebab anak-anak putus sekolah,
selain karena kekurangan biaya juga karena kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan kurang. Bagi kebanyakan orang tua (terutama di pedesaan atau daerah
terpencil), pendidikan cukup bisa menulis, membaca dan berhitung, sejauh
anak-anak sudah bisa menulis, membaca dan berhitung itu cukup dan tidak perlu
melanjutkan pendidikan lagi. Selain itu banyak orang tua (terutama dari
keluarga kurang mampu) yang beranggapan jika pendidikan tidak penting, yang
terpenting anak-anak pintar mencari uang dan perut kenyang, sehingga tak heran
bila banyak anak-anak putus sekolah.
Pendidikan merupakan tiang utama
kemajuan bangsa, pendidikan wajib belajar 9 tahun memang wajib didukung semua
pihak, tidak hanya pemerintah yang bekerja, namun juga kita harus turut
menyuarakan dukungan positif untuk mendorong anak-anak Indonesia menyelesaikan
pendidikan, minimal wajib belajar 9 tahun.
Pernikahan Anak
Selain pendidikan, isu yang menarik
dan penting untuk disuarakan adalah menyangkut pernikahan anak. Kasus pernikahan usia
dini di Indonesia berbanding lurus terhadap lonjakan angka putus sekolah dan
kemiskinan. Menurut UNICEF, sebanyak 50.000 anak perempuan Indonesia
diperkirakan menikah sebelum usia 15 tahun, itu bukanlah angka yang sedikit,
namun sudah cukup mengkawatirkan dan perlu segera diselesaikan.
Tradisi atau budaya yang telah
mengakar di masyarakat menjadi salah satu penyebab pernikahan anak. Perempuan
masih dianggap dibawah lelaki, sehingga pendidikan dinilai tidak penting bagi
perempuan, yang terpenting ada yang mau menikahi. Karena masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa perawan tua dianggap aib, jadi lebih baik
cepat nikah di usia dini daripada tidak laku. Selain karena tradisi, pernikahan
anak juga karena faktor ekonomi dan status sosial, untuk mengangkat drajad dan
kemapanan ekonomi keluarga.
Pernikahan anak jelas melanggar hak
anak untuk mendapatkan pendidikan dan meraih cita-cita mereka. Untuk mengatasi
masalah ini diperlukan edukasi, advokasi dan konseling secara berkesinambungan.
Why is
U-Report UNICEF a good innovation for
Indonesia?
Di era WEB 2.0 media
baru mulai berkembang, melalui berbagai akun sosial media seperti blog, facebook, twitter,
youtube, semua orang bisa menjadi sumber informasi dan informasi
yang disampaikan dapat lebih cepat, efektif, dan efisien.
Seperti yang telah
digalakkan oleh UNICEF Indonesia melalui
akun U-Report Indonesia
di twitter. Hadirnya U-Report
di Indoensia tentu membawa semangat positif untuk membawa perubahan positif dan
membawa anak-anak muda Indonesia menjadi agen perubahan. Di U-report
anak-anak muda dapat
berkontribusi meyumbangkan ide, dan menyuarakan isu-isu yang berhubungan dengan
anak dan remaja di Indonesia. Hal tersebut tentu sangat efektif, karena akun
tersebut ditujukan untuk dan dibuat oleh anak-anak muda sendiri. Isu-isu yang
berhubungan dengan anak-anak muda seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam sekolah (bullying),
HIV AIDS, dan pendidikan, dapat diinformasikan di U-Report secara up
to date, dan dengan bahasa yang mudah dipahami,
selain itu juga melatih kreatifitas kaum muda Indonesia untuk berekpresi
menyuarakan pendapatnya melalui video, fotografi, ataupun essay mengenai
isu-isu yang berhubungan dengan anak-anak muda dan remaja, dan langsung dapat
diupload di akun U-Report tersebut.
Why is
it important for young people's voices be heard?
Anak-anak muda adalah agen perubahan
bangsa. Kelak anak-anak mudalah yang akan memimpin bangsa, akan membuat
regulasi, akan memutuskan ke arah mana negara dan bangsa ini akan di bawa,
sehingga suara anak muda sangat penting untuk didengar.
Anak
muda kini bukan hanya sebagai penerima layanan yang pasif namun juga berperan
aktif dalam perencanaan strategis dan rencana aksi nasional untuk menyelesaikan
berbagai persoalan dan regulasi yang menyangkut anak dan remaja Indonesia.
Harapannya
U-Report semakin aktif untuk memberikan informasi dan edukasi terkait
perlindungan anak, undang-undang dan regulasi yang berlaku dan juga kasus-kasus
atau fakta berbagai permasalah anak dan remaja yang terjadi di Indonesia.
Selain itu U-Report dapat menjadi wadah untuk menyuarakan curahan hati, mimpi,
harapan dan aspirasi anak-anak dan remaja di seluruh Indonesia.
No comments:
Post a Comment