Monday, 4 May 2015

Filosofi Rok Mini dan Make-Up

Tas, high heels, pakaian, assesoris dan kosmetik sudah menjadi bagian dari gaya hidup wanita modern di seluruh dunia. Pusat-pusat mode dunia seperti Paris, London, dan Milan dengan para perancang busananya seperti Donatella Versace, Domenico Dolce dan Stefano Gabbana, Marc Jacob, Giorgio Armani, Christian Dior, Valentino Garavani, Tom Ford, Ralph Lauren selalu menciptakan beragam model fashion terbaru di setiap musimnya. Berbagai model tas, sepatu dan pakain tersebut ada bukan muncul secara tiba-tiba, tapi berkembang dari jaman ke jaman dan memiliki sisi historis dan filosofinya masing-masing.
Kita pasti tahu bahwa fashion dunia lahir dan berkembang di Eropa. Pada abad XV, fashion yang berkembang saat itu adalah model gaun yang bertumpuk-tumpuk, dengan garis bulat melingkar tubuh dan menekankan perhatian utama pada dada (payudara) dan perut, serta di dominasi warna-warna kuat dan terang. Ketika itu perempuan masih dianggap kaum kelas dua dibawah kaum pria. Perempuan hanya dijadikan sebagai obyek seksual pria. Image perempuan cantik masa itu adalah keibuan menjadi tolok ukur kecantikan.
Sekitar tahun 1830-an munculah fashion yang bermaksud hendak melindungi wanita dari cuaca, maka lahirlah korset pada masa itu. Korset sebagai pakaian yang berfungsi sebagai pakaian dalam wanita memang dapat melindungi wanita dari cuaca, tapi dampaknya, si pemakai akan sangat tersiksa dengan ketatnya korset yang mereka pakai. Korset pun sebenarnya memiliki perkembangannya sendiri, di mulai dari korset yang memiliki penyangga dari besi, hingga kemudian berubah menjadi tulang ikan hiu, namun kesemuanya adalah bahan-bahan yang tidak benar-benar membuat wanita merasa nyaman. Pakaian tersebut semakin membatasi gerak wanita. Wanita belum memiliki kesetaraan hak seperti kaum pria, seperti dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Wanita saat itu memiliki peran utama sebagai istri dan ibu rumah tangga, dan tidak diberi kesempatan untuk berkarya di luar rumah.
Pada tahun 1960-an merupakan era revolusi barat, Undang-Undang Hak Sipil di Amerika diberlakukan, perang Vietnam berkecamuk, dan gerakan feminisme untuk kebebasan dan kesetaraan hak perempuan mulai disuarakan dan diperjuangankan oleh para tokoh feminis. Seperti Betty Friedan yang menulis buku berjudul The Feminine Mystique yang mencoba menggambarkan mitos yang mendoktrinasi ibu rumah tangga yang bahagia dan mengungkapkan keinginan perempuan untuk mengembangkan segala potensi diri melalui pendidikan, seni, dan peran di pemerintahaan ataupun parlemen seperti yang bisa dilakukan oleh para kaum pria. Dari berbagai tulisan dan perjuangan para tokoh feminis, maka pada tahuan 60-an tersebut perempuan mulai memiliki peran di luar rumah, baik di universitas maupun di dunia kerja. Gambaran perempuan sebagai seorang istri dan ibu, berubah menjadi seorang gadis yang pintar, mandiri, bangga akan seksualitasnya, dan memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya.
Dari perjuangan kaum feminis tersebut, maka muncullah tren busana baru bagi para perempuan. Adalah Mary Quant (1960), seorang perancang busana paling berpengaruh di London yang mencipkan rok mini (miniskirt). Rok mini diciptakan sebagai simbol kebebasan perempuan dan revolusi desain pakaian masa itu. Pakaian wanita yang sebelumnya bertumpuk-tumpuk dengan korset yang ketat dan membatasi gerak perempuan, berganti menjadi pakaian yang ringan,  seperti miniskirt membuat perempuan lebih leluasa bergerak dan beraktifitas. Image perempuan yang sebelumnya digambarkan lemah, dan hanya menjadi pemuas napsu pria, dengan busana dres bertumpuk, korset ketat dan menonjolkan buah dada dan lekuk tubuh perempuan, telah berganti menjadi busana yang ringan dan modern, sehingga image perempuan berubah menjadi gadis muda, pintar, mandiri, dan tidak dipandang sebelah mata oleh kaun pria.
Seperti halnya rok mini, menurut Hoodfar make up juga merupakan simbol kebebasan perempuan. Make up menjadi alternatif yang digunakan perempuan untuk meningkatkan partisipasinya dalam wilayah publik, baik di dunia kerja ataupun pendidikan. Bahwa sepenuhnya perempuan berhak untuk mempercantik tubuhnya sendiri dan menjadikan dirinya bernilai. Ketika selama ini perempuan dipandang sebagai obyek pemuas napsu pria, dengan lekuk tubuhnya, pinggul dan payudara, maka make up menjadi media untuk mengalihkan mata para pria dari pinggul dan payudara perempuan, sehingga lebih tertarik melihat perempuan dengan makeup di wajah yang cantik dan attitude yang bagus.
Setiap perempuan dengan khasnya memiliki gaya fashion dan make up nya masing-masing, sehingga fashion, mulai dari baju, sepatu, accesoris dan make up yang dikenakan, dapat menentukan kepribadian perempuan tersebut, apakah dia termasuk feminin, tomboy, funky, glamour, menyukai hal-hal vintage, bergaya wanita karier, atau menyukai kegiatan outdoor dan lain sebagainya.

Fashion dan make up yang sekarang berkembang terutama di Indonesia, seharusnya bisa digunakan sesuai filosofi dan semangat awal dahulu, yaitu untuk mendukung perempuan dalam berkarya dan mengembangkan potensinya, dan bukan malah disalahgunakan untuk hal-hal negatif seperti dengan sengaja mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya untuk menarik perhatian lawan jenis. Kebebasan berekspresi dalam berpakaian dan bermake up seharusnya dibarengi dengan attitude yang bagus dan kedewasaan pemakainya, sehingga fashion dan make up semakin menunjukkan bahwa perempuan Indonesia itu cerdas, cantik dan berbudaya.

No comments:

Post a Comment

FORMULA KEBERUNTUNGAN

The best luck of all is the luck you make for yourself (Douglas MacArthur)   Kita mungkin pernah tau bahwa di dunia ini ada jenis manusi...