Ada
kalanya saat kita tidak melakukan kegiatan apa-apa, kita melakukan satu hal
yang amat penting bagi diri kita : mendengarkan apa yang kita dengar dari diri
sendiri (Paulo Coelho). Hari Minggu ini, saya mencoba untuk menuruti saran dari
Paulo tersebut. Ditemani lagu-lagu dari my dear Michael Buble dan green tea
latte, saya –yang biasanya sulit untuk diam- 30 menit mencoba berdiam diri,
satu-satunya percakapan di sini adalah, hanya saya dengan diri saya sendiri. Me against myself.
Banyak
hal bisa saya ambil dari diskusi saya dengan diri saya sendiri tersebut, tentang
karier, cinta, masa depan, tentang passion,
tentang apapun keputusan yang akhirnya saya ambil, tentang prioritas yang masih
saya perjuangkan, tentang benar atau tidaknya apa yang sedang saya perjuangkan
saat ini. Tentang tidak mulusnya hidup yang saya jalani, selalu penuh perjuangan,
kadang salah langkah, salah ambil keputusan, dan yang terjadi tidak sesuai
harapan. Well...pada akhirnya pertanyaan yang muncul adalah what am I doing to my life? and.. What are
You doing to me, God?
Jika
diibaratkan sedang membuat film, Tuhan adalah sutradara dan penulis script
cerita, dan saya adalah pemerannya. Hanya Tuhan yang tahu jalan cerita dan
ending terbaiknya. Saya mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu ada
episodenya, ada dimana masa-masa sulit, dan ada dimana masa-masa bahagia. Ada
episode bertemu dan ada episode berpisah. Ada episode menanam dan ada episode
memanen. Segala sesuatu ada masanya.
Pertanyaan
diatas kemudian muncul lagi, what are You
doing to me, God? Kadang saya merasa Tuhan sedang bercanda, ketika banyak
hal-hal tak terduga terjadi dalam hidup saya. Tak dapat diprediksi. Illogical. Unreasonable.
Pikiran
konyol pun muncul, dengan iseng siang itu saya pun mulai berandai-andai jika
saya bisa menuliskan script untuk takdir hidup saya sendiri, saya kemudian
menuliskan script takdir hidup saya (versi saya) dalam selembar kertas. Bisa
ditebak, isinya semua yang bagus-bagus, penuh kebahagiaan, yang indah-indah,
yang enak-enak, tidak ada kesedihan, perjuangan, air mata, dan tidak ada space
untuk orang-orang yang berniat jahat. Always be with right man, in the right
place at the right time. To much Heaven.
Awalnya saya puas dengan script
takdir hidup yang saya buat sendiri itu, sangat sempurna dan semacam It’s to good to be true. Kemudian
setelah saya baca kembali beberapa kali, saya mulai sadar ada sesuatu yang
kurang disitu. Semua yang saya tulis di kertas itu adalah kebahagiaan duniawi
yang semu. Kebahagiaan versi saya, bukan versi-Nya. Saya hanya akan menjadi
manusia yang tidak dapat bertumbuh, karena tidak mendapatkan pembelajaran dalam
hidup saya.
Selama ini saya tidak dapat
mengingkari bahwa, Saya dapat belajar
bersyukur, karena tidak semua hal yang saya inginkan dapat saya miliki. Saya bisa belajar tentang bagaimana cara
berjuang, karena apa yang saya inginkan tidak selalu saya dapatkan. Saya bisa belajar tentang memafkan, karena
seseorang berbuat salah atau menyakiti hati saya sangat dalam. Saya bisa belajar tentang ketangguhan,
karena tidak semua usaha saya berhasil sesuai harapan saya. Dari segala
kesakitan, perjuangan, ketangguhan dan air matalah saya bisa bertumbuh dan
menjadi lebih kuat, berproses menjadi
pribadi yang dikehendaki-Nya.
Walaupun kadang butuh
perjuangan, melibatkan air mata dan membingungkan, tapi dalam hal ini, saya
percaya bahwa script kehidupan yang telah ditulis oleh-Nya, jauh lebih sempurna
dan lebih indah dari script kehidupan yang saya tulis sendiri itu. Segala
sesutu yang terjadi, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun, saya percaya
pasti ada hikmah dibalik itu. Dia yang menciptakan saya, pasti lebih tahu apa
yang terbaik bagi mahkluk ciptaanNya.
This is my Life, Your masterpieces
script, God!
No comments:
Post a Comment