Friday, 10 April 2015

Menumbuhkan Cinta Literasi dengan Media Baca Digital


            Kejadian yang sering kita jumpai adalah, ketika seseorang membeli handphone atau gadget baru, maka orang tersebut akan langsung menyalakan alat tersebut, melihat-lihat aplikasinya, dan mencoba mengoprasikannya, namun ketika handphone tersebut tiba-tiba mati, maka kita akan bingung. Kita pun panik dan buru-buru bertanya dengan teman atau orang yang dianggap paham dengan teknologi. Kesalahan apa yang terjadi di sini? yaitu seharusnya kita membuka manualbook dari handphone atau gadget tersebut, membaca isinya, memahami cara mengoprasikan alat tersebut, kemudian baru menyalakan handphone atau gadget tersebut. Hal tersebut menunjukkan, bahwa betapa kurang budaya literasi kita. Kita lebih menyukai mencari informasi secara instan dengan bertanya dengan orang (lisan) daripada bersusah payah membaca manualbook terlebih dengan bahasa yang rumit.
Sebagian dari kita mungkin akan lebih paham ketika dijelaskan dengan kata-kata lisan daripada membaca sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu dasar dari perjalanan budaya kita. Sebelum budaya literasi berkembang, telah terlebih dahulu mengakar dalam masyarakat yaitu kebudayaan lisan atau tutur. Dimana penyebaran informasi dan nilai-nilai moral disebarkan dengan cara lisan. Biasanya dengan media dongeng, wayang, atau tembang. Walaupun hanya dari mulut ke mulut, namun nilai-nilai moral tetap tetap terjaga teguh dalam kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya baru mulailah berkembang budaya literasi ketika masyarakat sudah mulai mengenal dunia tulis-menulis dan membaca. Sehingga, peraturan pemerintahan, adat-istiadat dan nilai-nilai kehidupan dan moral, tidak hanya disebarkan dengan cara lisan, namun juga tertuang dalam bentuk tulisan, dan terdokumentasi. Namun, ketika itu tulisan yang dituangkan dalam buku/kitab belum menjadi media massa, buku masih menjadi hal yang mahal, hanya kaum bangsawan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi saja yang bisa memilikinya. Revolusi industri pada abad ke 18 menjadi tonggak perubahan, sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat industri, maka semakin banyak masyarakat yang bisa mengakses buku. Perkembangan mesin cetak juga turut menjadi faktor pendorong buku dan budaya literasi menjadi lebih populer dan semakin dapat diakses oleh masyarakat di segala lapisan.
Di Indonesia sendiri, budaya literasi mulai masuk ketika para pedagang dari India, Cina, dan Arab membawa budaya tulis, melalui kitab-kitab keagamaan (Yosal : 2010). Kemudian budaya literasi semakin berkembang ketika bangsa Eropa masuk ke Indonesia. Mereka mengenalkan mesin cetak dan buku menjadi media massa. Sehingga saat itu budaya literasi semakin berkembang ke segala lapisan masyarakat Indonesia, namun demikian budaya lisan juga belum ditinggalkan oleh masyarakat.
Menurut Yosal, Budaya literasi di sini berarti keberaksaan, yaitu kemampuan manusia untuk memahami tulisan dalam bentuk menulis dan membaca. Kemampuan literasi ini menjadi penting karena menuntut manusia untuk memiliki kebiasaan berpikir dengan proses membaca. Pentingnya budaya literasi adalah, dengan membaca manusia semakin kaya akan ilmu dan mimiki wawasan luas. Namun sayang, budaya membaca ini belum dimiki oleh seluruh masyarakat. Ketika seseorang belum memiliki kebiasaan membaca, maka membaca menjadi hal yang berat untuk dilakukan, sehingga membutuhkan waktu atau proses untuk menumbuhkan kecintaan membaca.
Dalam hal ini, menurut Straubhaar membaca berarti melihat, memperhatikan atau mengamati dan mempersepsi, suatu tulisan untuk mendapatkan informasi. Ketika kita membaca, kita membutuhkan suatu alat agar sesuatu yang tertulis tersebut dapat dibaca oleh orang lain, alat tersebut dinamakan teknologi media baca. Sedangkan teknologi media baca sendiri terdiri dari dua, yaitu teknologi media baca analog, dan teknologi media baca digital.
Teknologi media baca analog yaitu berwujud cetak, bisa dilihat, diraba, ataupun dipegang, seperti yang kita kenal dan biasa kita jumpai di rak-rak perpustakaan. Media baca analog terdiri dari buku baik itu fiksi maupun non fiksi, koran cetak yang berisi berita, dan majalah cetak yang bersifat informasi. Walaupun berwujud cetak dan datanya dalam bentuk analog, namun buku, koran ataupun majalah masa kini dicetak juga menggunakan mesin digital, yaitu menggunakan mesin cetak DocuTech yang menyerupai mesin fotocopy raksasa yang langsung terhubung dengan komputer sebagai pengontrol. Data kemudian dikirim, diolah dan diproses dan kemudian dicetak. Jadilah media baca analog, yang bisa dipegang, diraba dan dilihat.
Media baca analog yang berupa buku-buku, majalah ataupun koran tentu menyulitkan bagi masyarakat, selain harganya yang mahal, juga akses untuk mendapatkannya sulit karena harus mencari ke toko buku atau perpustakaan dahulu untuk mengakses informasinya. Sedangkan masyarakat dengan berbagai aktivitas dan pekerjaan, juga tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan semua itu. Hal tersebut menjadikan minat literasi masyarakat juga rendah. Masyarakat banyak yang tak tertarik untuk bersusah payah ke toko buku dan membaca buku tebal.
Menyikapi kebutuhan manusia di era informasi ini, lahirlah media baca digital yang bersifat lebih efisien dan efektif. Teknologi media baca digital ini bersifat elektronik yaitu membutuhkan aliran listrik, bersifat digital yaitu menggunakan konsep 0-1-0, dan online, yaitu terkoneksi terus menerus. Hal tersebut membawa harapan baru akan berkembangnya budaya literasi di Indonesia. Dengan lahirnya generasi e-book dan e-magazine, masyarakat dapat mengakses informasi dari buku ataupun majalan secara gratis, cukup hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja, maka kita bisa mendapatkan informasi dari situs web dalam bentuk dokumen buku, kapan saja dan dimana saja hanya dengan menggunakan handphone, ipad ataupun tab berbasis android.
Untuk saat ini, banyak perusahaan media massa cetak yang menerbitkan dua versi, yaitu media baca analog berupa cetak, dan media baca digital berupa e-magazine, e-book, dan situs berita web. Hal tersebut bagi penerbit media massa, secara positif tentu mengurangi biaya produksi cetak media massa. Secara lingkungan juga mengurangi penggunaan kertas sehingga penebangan pohon juga berkurang.
Adanya media baca digital dan didukung infrastruktur media yang memadai, maka hal tersebut dapat mendukung upaya untuk mencerdaskan bangsa dan membuka wawasan bagi daerah yang terisolir sekalipun. Bagi masyarakat di pelosok daerah yang sulit mendapatkan akses buku-buku memadahi, dengan mudah dapat memperoleh akses buku dan informasi dari media digital. Dengan satu klik saja, maka mereka dapat mengetahui sejarah berdirinya PBB, tanpa harus mencari-cari buku di perpustakaan ataupun di toko buku. Media baca digital tersebut juga menyetarakan informasi yang didapat antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat yang tinggal di pelosok Indonesia, sehingga tidak ada lagi kesenjangan informasi.
Generasi teknologi media baca digital ini, diharapkan dapat semakin menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya literasi. Cara untuk menumbuhkan budaya membaca, salah satunya yaitu teknologi media baca digital memberikan kemudahan falitas dengan dapat memperoleh kemudahan akses, yaitu cukup dengan mencarinya di situs web dimanapun dan kapanpun juga; cepat dalam mendapatkan informasi dan tidak perlu tempat yang besar untuk penyimpanan dokumennya, cukup disimpan di USB ataupun di drop box; mendapatkan informasinya gratis tanpa biaya; sifatnya yang lebih visual dan kaya warna membuat lebih enak untuk dibaca dan mudah dimengerti.

BukuAcuan
Dominick, J. R. (2008). The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age, Tenth Edition, McGraw-Hill, International Edition
Iriantara, Yosal. (2010). Literasi Media : Apa, Mengapa, Bagaimana. Simbiosa Rekatama Media.
Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L. (2004). The New Communications Technology: Applications, Policy, and Impact. Fifth Edition. Focal Press
Straubhaar, J., LaRose, R. & Davenport R.,  (2011). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, 2011 Update  Seventh  Edition. Thomson-Wadsworth 

No comments:

Post a Comment

FORMULA KEBERUNTUNGAN

The best luck of all is the luck you make for yourself (Douglas MacArthur)   Kita mungkin pernah tau bahwa di dunia ini ada jenis manusi...