Media audiovisual menurut Straubhaar (2011) yaitu
media yang bisa didengar dan dilihat
secara bersamaan. Media ini menggunakan indra pendengaran dan penglihatan
secara bersamaan dengan tujuan untuk berkomunikasi dan menangkap informasi yang
disampaikan.
Media audiovisual, dalam bekerja
menyampaikan informasi, menggunakan konsep komunikasi menurut Lasswell yaitu, who (siapa), says what (berkata apa), in
which channel (dengan media apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dampak media tersebut
apa), komponen-komponen tersebut menjadi dasar dari aktifitas komunikasi dengan
media apapun (Littlejohn,
2008). Bahwa semakin bagus teknologi media untuk menyampaikan informasi, maka
semakin efektif dan efisien informasi yang diterimanya dan semakin besar efek
yang ditimbulkannya.
Seperti
halnya teknologi yang lain, teknologi media audiovisual juga mengalami
perkembangan. Diambil dari konsep dasar media audiovisual, yaitu media yang
bisa didengar dan dilihat secara bersama, maka muncullah berbagai perkembangan
teknologi audiovisual yang mengadopsi fungsi dasar tersebut, yang semula hanya pertunjukan
panggung langsung, berkembang menggunakan teknologi media audiovisual yang
bersifat analog, menggunakan media rekam dan media televisi dan film analog, hingga
berkembang ke teknologi media audiovisual yang bersifat digital, yang dapat
direkam, disebarluaskan secara massal tanpa batasan jarak.
Sekitar
tahun 1920, radio berkembang semakin pesat, dan menjadi media penyiaran utama. Khalayak
waktu itu masih akrab dengan pertunjukan opera ataupun drama di gedung-gedung
pertunjukan, sekaligus mereka masih menyukai radio. Ketika itu para ilmuan
mulai berfikir tentang menggabungkan ke duanya, ‘suara dan gambar’ yang bisa
disatukan.
Menggunakan konsep George
Carey yang berhasil mentransmisikan gambar bergerak
menggunakan tenaga listrik (alat faksimile). Konsep tersebut kemudian
mengembangkan ide, bahwa cahaya juga dapat ditansmisikan melalui kabel dan
gelombang elektromaknetik, yang dapat merubah gambar visual menjadi arus
gelombang elektrik. Tahun 1920 John
Logie Baird mulai mengembang televisi menggunakan teknologi optic,
mekanik dan elektronik untuk memproduksi siaran gambar visual, mulai dari tahap
merekam, menampilkan dan menyiarkan gambar.
Sejak tahun 1920
hingga 1930 televisi semakin berkembang pesat dan mulai diputar di seluruh
dunia. Kata ‘televisi’ pertama kali sebenarnya sudah diperkenalkan dan populer
sejak tahun 1900, pelopornya adalah Constatin Perskyl saat acara International
Congress of Electricity, namun teknologi audiovisual yang ditampilkan belum
sempurna, hingga pada tahun 1920 menjadi awal dari perkembangan media televisi
yang berbentuk tabung. Menurut Straubhaar (2011), televisi
berarti media komunikasi jarak jauh penerima siaran suara (audio) dan gambar
(visual).
Konsep
komunikasi audiovisual yang dapat menampilkan suara (audio) dan gambar
(visual), semakin dikembangkan dan disempurnakan sedemikian rupa sehingga
semakin mirip dengan teknik komunikasi audiovisual yang dilakukan manusia
secara langsung tanpa perangkat teknologi. Dalam hal ini, dengan kecanggihan
teknologi, media televisi menjadi teknologi yang dapat menjembatani tercapainya
konsep komunikasi audio dan visual ini secara massal, tanpa batasan jarak dan
dapat diputar ulang tanpa batasan waktu.
Televisi (TV)
mengalami perkembangan pada akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980 TV hitam putih
telah berubah menjadi televisi warna dan muncul TV digital. Konsep TV digital
yaitu TV yaitu menggunakan modulasi digital dalam pemrosesan datanya dan
melakukan pendistribusian video, audio dan signal ke perangkat TV. Sehingga TV
digital memiliki gambar dan warna yang lebih jernih daripada TV analog.
Siaran TV
digital kemudian mulai berkembang seiring dengan berkembangnya infrastruktur
teknologi berupa kabel serat optic, munculah TV kabel. TV kabel disalurkan
melalui frekuensi radio menggunakan perangkat serat optic, sehingga siaran
acara TV kabel dapat ditangkap tanpa menggunakan antena dengan jangkauan siaran
lebih luas dan chanel program lebih banyak dan berfariasi. Sejak perkembangan
TV kabel, industri film mulai mendistribusikan produksinya
melalui Home Box Office (HBO).
Media teknologi audiovisual
televisi semakin berkembang ketika Charles
Ginsburg dan Ray Dolby (1956)
menemukan teknologi Video Cassette Recorder (VCR), yaitu alat perekam suara dan
gambar (audiovisual) yang dilengkapi rangkaian TV-tuner yang bisa menerima
siaran TV secara langsung. VCR ini digunakan untuk merekam dan memutar siaran
TV, sehingga khalayak dapat memutar ulang acara siaran TV kapanpun juga sesuai
keinginan. Format VCR ini menggunakan VHS dengan menggunakan pita kaset (tape).
Selain
untuk menyimpan program siaran televisi, VCR juga memudahkan kita untuk
memproduksi dan menyimpan pesan atau informasi dalam bentuk video, suara dan
gambar yang bergerak (audiovisual) dengan cara menyimpannya dalam pita kaset.
Televisi
sebagai perkembangan media teknologi audiovisual, merupakan salah satu bentuk
teknologi media komunikasi, yang berfungsi untuk mencari informasi, media pendidikan,
ataupun hiburan. Bagi masyarakat modern saat ini yang memiliki karakter dinamis
dan mobile. Televisi sebagai media
komunikasi dengan berbagai fungsi yang disebutkan diatas, menjawab kebutuhan
masyarakat dengan perkembangan TV online. Seiring dengan perkembangan internet,
TV pun dapat hadir dengan konsep online
TV. Sehingga dengan koneksi internet, masyarakat dapat mengakses siaran TV
dimanapun dan kapanpun juga dengan berbagai perangkat, mulai dari PC dan smartphone.
Jika
dulu televisi hanya dapat dilihat di rumah, sulit untuk dibawa-bawa, dan harus
menggunakan kabel, namun sekarang televisi lebih fleksibel, acara televisi
dapat dilihat dimanapun dan kapapun juga dengan perangkat PC ataupun smartphone dengan media internet.
Sehingga kita bisa melihat program acara televisi kesayangan kita kapanpun dan
dimanapun juga tanpa terpancang jarak dan waktu.
Ditengah
kesibukan dan kepenatan, televisi dapat digunakan sebagai media pelepasan beban
dan hiburan yang dapat kita nikmati kapanpun dan dimanapun juga dengan media
internet, dan program acara yang kita sukai atau penting bagi kita juga dapat
kita dokumentasikan dengan media VCR. Teknologi media audiovisual ini sangat
memudahkan manusia dalam mengakses dan menyimpan informasi, dan tidak menutup
kemungkinan kita pun dimudahkan untuk memproduksi ataupun menyebarkan informasi
secara audio dan visual (gambar yang bergerak).
Teknologi
media audiovisual televisi yang kini tengah kita nikmati, tidak menutup
kemungkian akan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan
masyarakat. Karena fungsi teknologi komunikasi sendiri adalah untuk memudahkan
komunikasi manusia, agar dapat menyampaikan dan menerima pesan dengan lebih
efektif dan efisien. Sehingga televisi sebagai salah satu teknologi komunikasi
pun akan berkembang untuk menjawab kebutuhan manusia, selama manusia hidup,
selama itu pula manusia masih berkomunikasi, dan selama itu pulalah teknologi
komunikasi akan terus berkembang.
Buku
Acuan
Grant, A. E.
& Meadows, J. H. (2010). Communication Technology Update and
Fundamentals. 12th
Edition. Focal Press
Littlejohn, Stephen W. &Foss, Karen A.
. (2008) . Teori Komunikasi :Theories of
Human Communication. Ed 9. Terj. Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta : Salemba Humanika
Rousydiy TAL. (1985). Dasar-Dasar Rhetorica Komunikasi dan Informasi. Medan:
Firma Rainbow Medan
Straubhaar, J., LaRose, R. &
Davenport R., (2011). Media Now:
Understanding Media, Culture, and Technology, 2011 Update Seventh Edition. Thomson-Wadsworth
Wibowo, Fred.
1997. Dasar-Dasar Produksi Program
Televisi. Jakarta : Gramedia
Widiasarana
Indonesia.
Keren tulisannya.
ReplyDeleteSedikit sekali orang ngeblog yang cantumin risalah sumbernya.
Disiplinnya bagus, dipertahanin
Oya, soal TV, selain perkembangan teknologi, apakah perkembangan itu berdampak selain (cuma) kepada budaya audio-visual saja?
Buat gue sebagai pekerja iklan, palingan cuman buat placement materi aja, sekaligus tolak ukur "gengsi" kalo iklannya tayang di tivi. Hehe
Gue sih berharap perkembangannya itu berdampak ke dalam industri kreatif, gak cuma sebagai media transfer dan penguber rate aja spt yang terjadi sekarang.
Seharusnya stasiun memberikan ruang seluas-luasnya untuk membangun kreatifitas masyarakat yang ingin membuat suatu program tv. Perannya sebagai lembaga penyiaran seharusnya tidak boleh mendominasi produksi suatu program acara, kecuali News/Berita (UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pasal 16 ayat 1).
Seperti TV kabel luar, banyak rumah produksi yang berlomba bikin konten menarik agar bisa menjadi program disuatu jaringan tv. Dalam fase itu, akhirnya industri kreatif akan menyesuaikan ritme dengan perkembangan teknologi TV yang ada, termasuk ke dalam era tv digital dan berjaringan internet sekarang.
Maaf kalo jadi beropini. Tapi, menarik sih jadi wacana. Mengingat perkembangan televisi kita gak bersifat konstruktif terhadap sosial budaya kita (daripada teknologinya itu sendiri).
Bahkan cenderung destruktif. IMHO, koreksi kalo gue salah.