Setelah pulang kantor kemarin, iseng-iseng saya
menyalakan televisi, sempat pesimis mendapatkan program acara televisi yang
menarik. Ternyata dugaan saya benar, secara tidak sengaja saya menonton stasiun
televisi yang saat itu sedang menayangkan FTV (Film Televisi) yang berjudul “Aku Dibuang Suamiku Seperti Tisu Bekas”.
Dari judulnya sudah bisa dibayangkan bahwa FTV tersebut tak jauh dari unsur
kekerasan dan bias gender. Bukannya
terhibur, acara tersebut justru membuat saya semakin jengkel dan sedih.
Entah kenapa semakin lama program-program acara di
televisi Nasional, semakin tidak mendidik, padahal televisi mempunyai peran
penting bagi masyarakat. Terdorong dari keprihatinan saya terhadap
program-program acara di televisi nasional, berikut ini saya mencoba menulis
tentang esensi televisi secara sederhana.
Kebudayaan manusia terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu kebudayaan lisan, tulisan, dan audiovisual. Kebudayaan manusia yang teranyar adalah kebudayaan audiovisual, yaitu perpaduan antara teknologi audio (suara) dan visual (gambar/gerak). Contoh benda hasil budaya audiovisual adalah internet dan televisi. Sedangkan ciri-ciri kelompok masyarakat dalam budaya tersebut adalah, kelompok masyarakat yang aktif, kreatif, modern, dan menyukai hal-hal yang bersifat instan.
Televisi
sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru, merupakan medium yang paling
kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat secara
luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan
televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil (Wibowo, 1997 :
1).
Pada
dasarnya, televisi dibuat oleh sebuah lembaga penyiaran. Penyiaran adalah
kegiatan pembuatan dan proses menyiarkan acara siaran radio maupun televisi,
serta pengelolaan operasional perangkat lunak dan keras, yang meliputi segi
idiil, kelembagaan dan sumber daya manusia, untuk memungkinkan terselenggaranya
siaran radio atau televisi (Wahyudi, 1994 : 6).
Siaran,
terlebih lagi siaran televisi memiliki daya penetrasi sangat kuat terhadap
individu/kelompok, akibatnya siaran televisi dapat menimbulkan dampak yang luas
bagi masyarakat. Mau dibawa ke positif atau sebaliknya, sangat tergantung dari
“The man behind the broadcasting”.
Karena
memiliki pengaruh yang besar bagi khalayak, maka dalam hal ini terdapat
patokan-patokan bagi penyiaran televisi, agar menimbulkan efek yang positif
bagi khalayak. Patokan-patokan tersebut menurut Wahyudi (1994 : 5) adalah
dihasilkannya:
· Siaran yang berkualitas : adalah siaran yang kualitas suara atau
gambar prima
· Siaran yang baik : adalah siaran yang isi pesannya, baik audio dan
visualnya bersifat normatif, edukatif, persuasif, akumulatif, komunikatif, dan
stimulatif, serta sejalan dengan ideologi, norma, etika, estetika dan nilai-nilai
yang berlaku
· Siaran yang benar : adalah siaran yang isi pesannya baik audio dan atau
visualnya diproduksi sesuai dengan sifat fisik medium radio dan atau televisi.
Sehingga
dapat disimpulkan, bahwa penyiran televisi dapat dikatakan bermutu tinggi
apabila dapat memenuhi standar atau patokan yang telah disebutkan diatas.
Apabila salah satu dari aspek tersebut tidak ada, maka penyiaran televisi dapat
dikatakan kurang bermutu.
Televisi ada
untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Manfaat yang diberikan hendaknya
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dan bukan hanya dirasakan oleh
sekelompok orang saja.Oleh karena itu, harus ada keberimbangan pada setiap
acara-acara dalam televisi tersebut.
Penyiaran
acara televisi harus mencakup ketiga manfaat televisi yang telah disebutkan
diatas, yaitu untuk sarana hiburan, edukasi/pengajaran dan menyampaikan
informasi. Sehingga, dengan demikian, televisi baru dapat memberikan manfaat
yang positif bagi masyarakat. Apabila hanya salah satu aspek saja yang ditekankan,
misalnya hanya acara-acara hiburan yang lebih banyak ditayangkan dalam
televisi, maka hal tersebut dapat dikatakan bahwa televisi memberikan manfaat
yang tidak berimbang bagi masyarakat.
Acara-acara
yang bersifat hiburan jauh memberikan keuntungan/profit bagi stasiun televisi,
karena akan mendapatkan banyak sponsor (iklan), sehingga hal tersebut
mengakibatkan stasiun televisi lebih banyak memberikan program acara yang
bersifat hiburan daripada edukasi ataupun informasi. Tentu hal tersebut sangat
disayangkan, karena masyarakat tidak dapat mendapatkan haknya untuk memperoleh
siaran yang mendidik atau mendapatkan informasi yang mencukupi.
No comments:
Post a Comment