Minggu lagu saya mendapat kiriman cerita ini via email dari seorang teman. Ceritanya sangat inspiratif dan mengajarkan kita tentang seni bersyukur. Berikut ceritanya :
Dengan perlahan dan penuh seksama sang ayah mulai membaca…
Ayah tercinta,
Aku menulis surat ini
dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku
telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang
baik. Setelah bertemu dia, ayah juga pasti akan setuju meski dengan tattoo
tatto dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta
rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir
jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua).
Dia sangat baik
terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia
memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang
sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu
buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli
pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh.
Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku
dengan cara yang berbeda.
Ayah…jangan khawatirkan
keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang
untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat
menginginkannya.
Sang Ayah wajahnya merah padam,dengan perasaan
campur aduk..ada marah..emosi..tapi kekawatiran dan penyesalan juga
terlihat dari sorot matanya.
Ternyata masih ada lembar kedua yg belum terbaca.
Nb :
Ayah, tidak ada satupun dari yang aku tulis
diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan bahwa masih ada ribuan hal yg
lebih mengerikan daripada nilai rapotku yg banyak angka merahnya itu. Kalau
ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya. Aku ada di
tetangga sebelah.
Tidak seperti kebanyakan ayah yang sedih melihat
rapor anaknya yang buruk, hati ayah justru berbunga-bunga karena ia tidak
kehilangan anaknya. Memang kali ini, keterlaluan sekali becanda anak gadisnya!
Sahabat, Cerita ini sebenarnya adalah
mengajarkan kita tentang seni bersyukur dan seni berkomunikasi dengan diri. Kalau Anda ingin bersyukur atas kesulitan
yang kita terima maka kita sebaiknya membayangkan kesulitan lebih besar yang
mungkin bisa kita alami. dengan
demikian kita bisa menghindari diri dari stres atau kegalauan yang
berkepanjangan.
Masalah kekecewaan hati atau rasa tidak
bersyukur biasanya tidak berhubungan dengan uang tapi lebih karena penerimaan hati.
Orang yang tidak bersyukur biasanya FOKUS PADA YANG TIDAK DIPUNYAI sedangkan ORANG
BERSYUKUR FOKUS PADA YANG DIMILIKI.
Kita bisa melihat anak kampung bahagia main
layang layang yang 1 set berharga tidak lebih dari Rp 5000. Tapi anak orang
kaya ngambek pada orang tuanya padahal baru dibelikan pesawat remore control
seharga 5 juta. Kenapa? Karena anak kaya itu suka dengan yang model baru
seharga 15 juta.
Ada anak kaya yang ngambek pada orang tuanya
karena link internet putus satu hari karena lupa bayar bulanan, padahal ia
sudah beruntung bisa mengakses internet selama 29 hari sebelumnya.
Memang apa yang dilakukan si gadis pada Ayahnya
agak keterlaluan, tapi itu gambaran dramatis tentang bagaimana bisa membuat
diri kita bersyukur apa adanya.
Sudahkan Anda bersyukur hari ini?
No comments:
Post a Comment