(Diambil dari tulisan
saya di majalah PASTI 2009)
Apa yang ada di
benak anda saat mendengar kata Gua? Mungkin anda langsung membayangkan sebuah
tempat yang sunyi, gelap dan menakutkan. Namun, Gua ini sangat berbeda dengan
gua pada umumnya. Tempatnya jauh dari kesan seram dan menakutkan, tetapi justru
cantik dan mengesankan. Gua tersebut bernama Gua Selarong.
Tempat wisata
yang mempunyai luas sekitar 1,5 hektar ini terletak di dukuh Putihan, kelurahan
Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, sekitar 14 km arah Selatan kota
Yogyakarta. Gua yang eksotik ini berada di puncak bukit yang ditumbuhi banyak
pohon jambu biji yang merupakan khas dari objek tersebut.
Obyek wisata Gua Selarong menawarkan wisata
alam sekaligus wisata sejarah. Merupakan wisata alam karena tempat ini
menawarkan keindahan alam yang masih alami, terletak di puncak bukit dengan
pemandangan alam yang indah dan udara bersih, dipadukan dengan gemericik air
terjun yang airnya masih jernih. Sedangkan wisata sejarah, karena tempat ini
dahulu merupakan markas perang Pangeran Diponegoro, yang merupakan pahlawan
paling populer di Nusantara ( surve Metro TV). Maka tak heran, jika tempat
wisata ini begitu diminati oleh para wisatawan, terutama para wisatawan asing.
Para wisatawan
tidak hanya dapat berziarah saja di tempat ini, namun juga dapat berkemping,
aoutbond, melihat diorama yang menceritakan perjuangan Diponegoro, atau hanya
sekedar menikmati keindahan alam sambil bermain air, di air terjun yang juga
terdapat di tempat tersebut. Hanya dengan membayar tiket 2000 rupiah saja, kita
dapat belajar, berziarah,sekaligus merilekskan pikiran kita dengan menikmati
keindahan alam di obyek wisata Gua Selarong ini.
Karena terletak
di atas bukit, maka untuk sampai di depan Gua dan di air terjun, kita harus
menaiki beberapa anak tangga. Jumlah anak tangga tersebut tidak dapat di hitung
secara pasti, ada yang menyebutkan 80 anak tangga, ada juga yang menyebutkan
100 anak tangga, atau bahkan hanya 50 anak tangga. Memang aneh, boleh percaya
atau tidak, setiap orang yang mencoba menghitung berapa jumlah anak tangga yang
dilewati tersebut, pasti antara orang yang satu dan lainnya mempunya jumlah
yang berbeda-beda. Konon katanya, semakin banyak jumlah anak tangga yang kita
hitung maka semakin banyak rejeki kita.
Setelah kita
menaiki beberapa anak tangga tersebut, maka sampai di atas kita akan menemukan
2 buah gua, yaitu Gua kakung (3.2.1,5 m), dan gua putri (12.10.1,5 m). Gua
Kakung merupakan gua dimana Diponegoro dan para prajuritnya mengatur siasat
perang, sedangkan gua Putri adalah tempat para istri prajurit tinggal.
Disamping kanan gua putri ada sebuah air terjun yang jernih, dipercaya air
tersebut dapat menghilangkan rasa capek, dan menyembuhkan bermacam penyakit.
Kemudian jika kita berjalan ke arah Timur, dari air terjun tersebut, terdapat
pula jalan setapak yang di tumbuhi banyak pohon jambu biji yang merupakan khas
dari tempat tersebut.
Jika sudah puas
berjalan-jalan di areal atas, maka kita juga wajib mencicipi obyek di areal
bawah. Yaitu, terdapat diorama, camping graund, dan juga tempat untuk outbound.
Jika
dari arah atas, maka sebelum ke camping graud, kita akan melewati sebuah
bangunan bercat putih, yang tidak terlalu besar dan berjendela banyak. Tempat
tersebut adalah diorama. Di dalam diorama terdapat beberapa lukisan raksasa
yang menggambarkan kegigihan Diponegoro saat berperang melawan Belanda.
Walaupun agak kotor karena kurang terawat, namun tempat ini masih menyimpan
daya tarik tersendiri. Terutama pada lukisan Diponegoro yang menunggangi kuda
dan menghabisi para tentara Belanda dengan pedang andalannya, benar-benar
terlihat seperti nyata.
Tepat
di samping diorama, terdapat mainan anak-anak, yaitu beberapa perosoran dan
ayunan. Selain itu juga tempat tempat outbound. Sangat cocok bagi para
petualang yang menyukai tantangan. Tempatnya cukup luas, dan terdapat beberapa
permainan khas outbound, seperti flaying fox dan juga jaring spider.
Selanjutnya
di areal paling bawah, yang letaknya dekat dengan sungai adalah camping ground.
Tempat ini sering di sewa untuk tempat camping, terutama oleh anak-anak Pramuka
baik dari SD, SMP ataupun SMA. Jika berminat untuk camping di tempat ini,
jangan takut akan kesulitan untuk mendapatkan air, karena selain tempatnya
cukup lapang, areal camping ini juga terletak di dekat sungai yang airnya masih
jernih. Kamar mandi pun juga tersedia khusus untuk para peserta camping.
Walaupun terletak di dekat sungai, jangan takut kebanjiran, karena walaupun
musim hujan sekalipun, sungai di tempat tersebut tidak akan meluap airnya,
karena sungai tersebut bersih dari sampah, dan juga terdapat pohon-pohon yang
tumbuh di sekitar sungai, sehingga penyerapan air hujan menjadi lancar.
Tempat wisata
ini memang unik, karena tidak hanya menawarkan satu obyek saja, melainkan
bermacam-macam obyek, sehingga wisatawan tidak bosan di tempat tersebut.
Selain hal-hal
yang sudah di sebutkan diatas, Gua Selarong juga kental dengan nilai budaya
Terutama untuk masyarakat kejawen. Biasanya di tempat ini, para penganut
Kepercayaan kejawen setiap malam
tertentu(Selasa Keliwon, atau Jumat Kliwon), berkunjung ke tempat ini dan
menaburkan kembang tujuh rupa. Mereka masih menyakini bahwa Diponegoro masih
bersemayam di tempat tersebut.
Puncaknya,
setiap bulan Juli Gua Selarong semakin di padati oleh para wisatawan, karena di
tempat ini dilaksanakan Grebeg Selarong. Yaitu ritual untuk memperingati Hijrah
Pangeran Diponegoro dari Tegal Rejo. Acara Grebeg ini diikuti oleh para
masyarakat sekitar daerah tersebut, dengan cara mengarak tumpeng sebanyak 1000 dari
desa Balai Sari menuju Gua Selarong.
Jika dilihat
dari latar belakang sejarahnya, dapat di ceritakan demikian. Di masa lampau,
gua ini bernama Gua Secang, karena sering digunakan oleh kyai Secang untuk
bertapa. Namun setelah digunakan oleh Pangeran Diponegoro, Gua ini berubah nama
menjadi Gua Selarong, yang berasal dari kata Sila dan Rong (digunakan
Diponegoro untuk bersemedi).
Pangeran
Diponegoro pindah ke Gua Selarong setelah rumahnya di Tegal Rejo diserang dan
di bakar habis oleh Belanda. Kemudian Diponegoro menggunakan Gua Selarong
sebagai markas Gerilya bersama para prajuritnya (1825-1830).
Sejak tahun
1954, Pemerintah Kota Bantul menjadikan Gua Selarong sebagai obyek wisata
sejarah. Sejak saat itulah Gua Selarong semakin menarik minat para wisatawan
untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut. Menurut Bp. Mursidi, pengelola
tempat wisata ini, jumlah pengunjung tiap tahunnya rata-rata sebanyak 29.000
pengunjung.
Di sekitar gua
selarong juga terdapat sentral kerajinan kayu yang menghasilkan patung, topeng
dan hiasan-hiasan rumah tangga lainnya. Jadi selain berwisata, kita juga dapat
berbelanja barang-barang kerajinan yang khas dari daerah tersebut untuk
oleh-oleh ataupun kenang-kenangan.
Jadi, Jika anda
bosan dengan obyek-obyek wisata di kota Jogjakarta dan menginginkan sesuatu
yang baru, maka tidak ada salahnya jika anda dan teman-teman, pacar atau
keluarga berkunjung ke objek wisata Gua Selarong. Obyek wisata yang unik dan
kental dengan nilai sejarah ini, dapat dijadikan sebagai obyek wisata alternatif
anda bersama keluarga atau teman-teman anda. Selamat berkujung!
No comments:
Post a Comment