Monday, 24 November 2014

MOVING FORWARD

If you change nothing, nothing will change
Dunia itu dinamis. Bumi berputar, zaman berubah, manusia bertumbuh, segala sesuatu di muka bumi ini terus bergerak. Namun, tak sedikit manusia yang memilih tetap diam dan tak mau bergerak, walau situasi menuntut dia untuk bergerak, tak sedikitpun dia beranjak dari ruang yang membatasinya untuk bertumbuh. Zona nyaman, itulah tempat dimana manusia tak bisa bertumbuh. Masihkan kita hanya berdiam diri dan tak bergerak? Alangkah mengerikannya ketika waktu berjalan begitu cepat, dan kita sama sekali tidak berubah dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik? Merubah keadaan menjadi lebih baik.
Jengkel bercampur prihatin ketika mendengarkan cerita salah seorang teman saya yang sudah bertahun-tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta yang korup, banyak unsur korupsi dan nepotisme di dalamnya, namun dia juga tidak mau bergerak, dia tetap diam dan masih bekerja di perusahaan itu hingga sekarang. Atau teman saya yang lain, sudah berkali-kali bercerita betapa tertekannya dia memiliki pacar yang kasar dan pecandu alkohol, sudah lima tahun tertekan dengan pacarnya, tapi juga belum ada tanda-tanda dia mau bergerak dan mengambil sikap, dia memilih untuk diam. Doesn’t it scare you sometimes how times flies and nothing changes?
Saya pun juga pernah menghadapi situasi sulit, ketika saya dituntut untuk memilih, bertahan dengan keadaan yang hanya membuat saya menangis atau tertekan, atau memilih untuk keluar dari situasi tersebut, dan menjadi pribadi baru yang lebih baik. Ketika saya memilih untuk keluar dari situasi itu, saya tahu itu tidak mudah. Ada tembok penghalang yang harus saya lalui, tapi saya yakin, tembok penghalang itu ada karena satu alasan, untuk memberikan kita kesempatan menunjukkan sekuat apa kita menginginkan sesuatu. Karena saya tahu bahwa tak ada sesuatu yang akan terjadi bila saya hanya berdiam diri saja dalam situasi itu. If you change nothing, nothing will change.
Ketika sedang berada dalam situasi sulit dalam sebuah hubungan atau pekerjaan, memang sebaiknya kita berani keluar dari situasi itu. Melangkah menjalani fase baru memang sulit, tapi tak lebih sulit dari bertahan dalam situasi yang tidak menghidupkan.
Bumi berputar, waktu berjalan, zaman berubah, jika kita semakin lama diam dengan situasi kita yang tidak menghidupkan, maka semakin lama juga kita tertinggal. Semakin jauh dunia sudah berada di depan kita, dan tak sedikitpun kita bergerak dari zona nyaman kita. Jangan pernah membuang waktu hanya untuk tetap tinggal dalam situasi yang menyulitkan diri kita sendiri dan membuat kita tidak bahagia.
Jangan pernah takut untuk bergerak maju, karena tidak selamanya perubahan itu buruk dan kehilangan itu menyakitkan. Setiap kali kita kehilangan sesuatu, saya percaya, Tuhan pasti akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik dari itu, apapun itu baik itu jodoh, karier, pekerjaan, ataupun rejeki.
Berikut ini adalah kutipan dari Martin Luther King yang memotivasi saya untuk terus bergerak, berani bertindak, dan tidak puas dengan zona nyaman saya :
If you can’t fly then run,
If you can’t run then walk,
If you can’t walk then crawl,
But whatever you do you have keep moving forward.

            Apapun keterbatasan kita, dan apapaun yang menjadi tembok penghalang kita untuk bergerak, yang harus kita lakukan adalah terus berusaha bergerak, semaksimal yang kita bisa lakukan. Kita harus mengabaikan apa yang tidak mampu kita lakukan, dan terus berusaha semaksimal yang kita bisa. Jika kita bisa melakukan itu, maka kita pun pasti bisa mendapatkan apa yang menjadi harapan kita selama ini, bahkan yang sebelumnya mustahil bagi kita.

Monday, 20 October 2014

Your Masterpices Script

Ada kalanya saat kita tidak melakukan kegiatan apa-apa, kita melakukan satu hal yang amat penting bagi diri kita : mendengarkan apa yang kita dengar dari diri sendiri (Paulo Coelho). Hari Minggu ini, saya mencoba untuk menuruti saran dari Paulo tersebut. Ditemani lagu-lagu dari my dear Michael Buble dan green tea latte, saya –yang biasanya sulit untuk diam- 30 menit mencoba berdiam diri, satu-satunya percakapan di sini adalah, hanya saya dengan diri saya sendiri. Me against myself.
Banyak hal bisa saya ambil dari diskusi saya dengan diri saya sendiri tersebut, tentang karier, cinta, masa depan, tentang passion, tentang apapun keputusan yang akhirnya saya ambil, tentang prioritas yang masih saya perjuangkan, tentang benar atau tidaknya apa yang sedang saya perjuangkan saat ini. Tentang tidak mulusnya hidup yang saya jalani, selalu penuh perjuangan, kadang salah langkah, salah ambil keputusan, dan yang terjadi tidak sesuai harapan. Well...pada akhirnya pertanyaan yang muncul adalah what am I doing to my life? and.. What are You doing to me, God?
Jika diibaratkan sedang membuat film, Tuhan adalah sutradara dan penulis script cerita, dan saya adalah pemerannya. Hanya Tuhan yang tahu jalan cerita dan ending terbaiknya. Saya mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu ada episodenya, ada dimana masa-masa sulit, dan ada dimana masa-masa bahagia. Ada episode bertemu dan ada episode berpisah. Ada episode menanam dan ada episode memanen. Segala sesuatu ada masanya.
Pertanyaan diatas kemudian muncul lagi, what are You doing to me, God? Kadang saya merasa Tuhan sedang bercanda, ketika banyak hal-hal tak terduga terjadi dalam hidup saya. Tak dapat diprediksi. Illogical. Unreasonable.
Pikiran konyol pun muncul, dengan iseng siang itu saya pun mulai berandai-andai jika saya bisa menuliskan script untuk takdir hidup saya sendiri, saya kemudian menuliskan script takdir hidup saya (versi saya) dalam selembar kertas. Bisa ditebak, isinya semua yang bagus-bagus, penuh kebahagiaan, yang indah-indah, yang enak-enak, tidak ada kesedihan, perjuangan, air mata, dan tidak ada space untuk orang-orang yang berniat jahat. Always be with right man, in the right place at the right time. To much Heaven.
Awalnya saya puas dengan script takdir hidup yang saya buat sendiri itu, sangat sempurna dan semacam It’s to good to be true. Kemudian setelah saya baca kembali beberapa kali, saya mulai sadar ada sesuatu yang kurang disitu. Semua yang saya tulis di kertas itu adalah kebahagiaan duniawi yang semu. Kebahagiaan versi saya, bukan versi-Nya. Saya hanya akan menjadi manusia yang tidak dapat bertumbuh, karena tidak mendapatkan pembelajaran dalam hidup saya.
Selama ini saya tidak dapat mengingkari bahwa, Saya dapat belajar bersyukur, karena tidak semua hal yang saya inginkan dapat saya miliki. Saya bisa belajar tentang bagaimana cara berjuang, karena apa yang saya inginkan tidak selalu saya dapatkan. Saya bisa belajar tentang memafkan, karena seseorang berbuat salah atau menyakiti hati saya sangat dalam. Saya bisa belajar tentang ketangguhan, karena tidak semua usaha saya berhasil sesuai harapan saya. Dari segala kesakitan, perjuangan, ketangguhan dan air matalah saya bisa bertumbuh dan menjadi lebih kuat, berproses menjadi pribadi yang dikehendaki-Nya.

Walaupun kadang butuh perjuangan, melibatkan air mata dan membingungkan, tapi dalam hal ini, saya percaya bahwa script kehidupan yang telah ditulis oleh-Nya, jauh lebih sempurna dan lebih indah dari script kehidupan yang saya tulis sendiri itu. Segala sesutu yang terjadi, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun, saya percaya pasti ada hikmah dibalik itu. Dia yang menciptakan saya, pasti lebih tahu apa yang terbaik bagi mahkluk ciptaanNya. This is my Life, Your masterpieces script, God!

Thursday, 25 September 2014

WITH GOD STILL I RISE

You may not control all the events that happen to you, but you can decide not be reduced by them

Saya lebih suka memandang segala kejadian dalam hidup saya dari segi positif, tapi saya juga cukup realistik mengakui bahwa hidup itu cukup kompleks untuk dijalani. Saya merasa, saya sudah cukup berhati-hati dalam bertindak, berfikir, bertutur kata terlebih dalam mengambil keputusan. Saya pun juga bisa dikategorikan memiliki standar orang baik seperti yang sering disebut di buku PPKN waktu SD, jalan saya lurus, tidak pernah bikin ulah, rajin ke gereja, pinter sekolahnya, nurut dengan orang tua, suka menolong sesama, no drugs, no alcohol, dan lain sebagainya, namun ternyata hidup lurus bukanlah jaminan hidup kita akan tanpa masalah, tanpa air mata, dan tanpa perjuangan. Justru menjadi orang baik itu memang banyak sekali cobaannya.

Sudah sekitar satu jam saya duduk di tempat ini, mata saya terpejam dan masih sedikit sembab. Pagi ini sebelum berangkat kerja, memang saya sengaja mampir ke tempat ini, mampir ke Gereja yang letaknya memang tidak begitu jauh dari kantor saya. Saya pikir, mungkin berdoa akan membuat saya lebih tenang. Mungkin ketidaktenangan saya karena saya belum bisa berdamai dengan diri saya dan dengan Tuhan. Saya merasa bersalah dengan Tuhan karena sering menyalahkan Tuhan dengan kejadian-kejadian diluar kontrol saya.  
Saya sadar bahwa selama ini saya terlalu menuntut Tuhan, setiap hari berdoa bukan untuk bersyukur tapi hanya untuk memohon, memohon agar selamat, sehat, kerjaan lancar, dapat jodoh yang baik, selalu memohon, bahkan terkesan sampai memohon-mohon agar permohonan saya dikabulkan, kehendak saya dituruti. Selama ini ego saya selalu muncul ketika berdoa, selalu mengatur Tuhan, dan kecewa ketika permohonan tidak dikabulkan. Saya sadar itu salah.
Untuk saat ini, dan mulai detik ini, saya akan lebih berpasrah, benar-benar memposisikan diri saya sebagai mahkluk ciptaanNya. Biarkan semua terjadi sesuai kehendak dan rancanganNya. Saya yakin, seberat apapun beban dan ujian dalam hidup, saya pasti bisa bertahan. Dari segala permasalahan yang bahkan mustahil untuk ada jalan keluarnya, semua pasti dapat selesai dengan baik. Saya selalu percaya kekuatan doa. Saya percaya doa bila diiringi kesabaran dan optimis, segala perkara pasti bisa diselesaikan. Bahkan, kita tidak perlu memohon, Tuhan pasti akan memberikan sesuatu yang bahkan lebih baik dari apa yang kita inginkan sebelumnya.


Kita mungkin memang tidak bisa mengontrol kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup kita, tapi paling tidak, janganlah kita berkecil hati, apapun agama dan kepercayaan kita, pakailah doa sebagai perisai dari segala ketidakpastian dunia. Apapun yang terjadi seburuk apapun itu, tetap bertekun dalam doa, berjuang dan dihadapi dengan optimis. I belive that God will always be with you, your struggles make you stronger and the changes make you wise.

Wednesday, 17 September 2014

MASTER OF LOVE

We Become What We Repeatedly Do

Waktu kecil dulu, ketika sedang menghadapi masalah, mungkin kita sering marah-marah karena jengkel. Marah menjadi pelampiasan emosi. Setelah marah, hati menjadi lebih lega. Lama-kelamaan, seperti candu, kitapun seakan terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan marah.
Ketika sesuatu tidak sesuai dengan kehendak hati, kita marah, ketika orang lain berbuat salah kepada kita, kita marah, ketika kita mendapati seseorang tidak menepati janji, kita marah. Bahkan kadang kita marah tanpa sebab yang jelas. Marah seakan-seakan sudah menjadi hal yang biasa dan wajar karena sudah terlalu sering dipraktekkan dan menjadi kebiasan, kebiasaan kemudian membentuk karakter kita, yaitu karakter pemarah.  Sampai akhirnya kita menjadi  master of anger.
Seperti halnya drama dalam kehidupan, tidak hanya master of anger, bisa saja kita menjadi ‘master-master’ yang lainnya. Misalnya, master of sadness, karena kita terlalu terbiasa menjadi seorang penyedih, terlalu sensitif. Segala sesuatu didramatisir, seakan-akan menjadi makhluk yang paling sedih di muka bumi ini. Master of jealous, karena terlalu pencemburu. Bahkan bisa cemburu dan curiga tanpa sebab. Master of  lying, karena terlalu terbiasa dan ahli dalam berbohong. Dia akan menutupi kebohongan yang dia buat dengan kebohongan-kebohongan yang lainnya, dan itu tak akan ada habisnya. Semakin sering kita mempraktekkannya, kita menjadi semakin ahli melakukannya, hingga akhirnya kita bisa disebut ‘master.’
Demikian halnya dengan cinta (love), kita bisa disebut sebagai Master of Love apabila kita ahli mempraktekkan ‘cinta’ dalam hidup sehari-hari. Kuncinya agar kita semakin ahli adalah, kita harus semakin sering mempraktekkannya dan semakin rutin. Apa saja yang perlu dipraktekkan? Yang perlu dipraktekkan adalah komponen-komponen dari cinta itu sendiri, yaitu : Kesetiaan, kejujuran, kepercayaan, intimasi, dan komunikasi. Jika kita bisa melakukannya dengan berkesinambungan, tetap, dan bukan merupakan akting semata, maka kita bisa disebut sebagai ‘master of love’.
Gampang untuk diucapkan, namun sulit untuk dipraktekkan : Kesetiaan, kejujuran, kepercayaan, intimasi, dan komunikasi. Mungkin sekilas terlihat klise, tapi memang ke-5 hal tersebut menjadi dasar untuk harmonisnya sebuah hubungan, hingga kita bisa disebut sebagai ‘master of love’. Tentu saja dalam hal ini, dibutuhkan dua belah pihak untuk berkomitmen menepati ke-5 hal tersebut. Kalau hanya satu pihak saja yang mempraktekkannya, sedangkan pasangannya tidak, maka pasti ada pihak yang merasa tersakiti. Misalnya saja, betapa mudahnya sebuah janji tak ditepati, betapa mudahnya sebuah kepercayaan disalahgunakan, betapa kebohongan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan untuk menutupi kebohongan yang lain. Itulah awal dari kehancuran hubungan.
Siapapun pasti bisa menjadi master of love, siapapun, tanpa kecuali, tidak harus seorang yang jago bikin puisi, atau pintar merancang makan malam yang romantis, namun cukup berkomitmen mempraktekkan komponen-komponen cinta yang telah disebutkan diatas tadi, secara rutin, setiap hari, secara berkesinambungan. Hingga akhirnya kita pun semakin ahli, dan dapat disebut sebagai ‘master of love.’

Mengutip kata-kata Sean Covey, we become what we repeatedly do. Jadi, lebih baik kita rutin melakukan hal-hal positif daripada melakukan hal-hal negatif. Hal-hal positif akan menjadikan kebiasaan positif, kebiasaan positif akan membentuk karakter positif. Karakter positif akhirnya akan menjadikan jalan hidup kita pun positif. We become what we repeatedly do.

Monday, 15 September 2014

LET IT BE

I have learned that no matter what happens, or how bad it seems today, life does go on, and it will be better tomorrow (Maya Angelou)

     Masalah. Tak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menghindarinya. Saya percaya seperti halnya kebahagiaan, masalah ataupun ujian pasti akan datang tepat pada waktunya. Yang diatas sana, apapun sebutannyapasti sudah mengatur sebaik mungkin hidup kita, saat kapan badai ujian itu datang dan kapan badai itu akan berlalu.
     Mengapa masalah dan ujian harus datang? Manusiawi, apabila setiap manusia menghadapi masalah atau ujian. Tujuannya adalah agar kita semakin bertumbuh dan semakin dewasa sebagai manusia. Dengan adanya ujian dan masalah, kita belajar untuk menjadi kuat, tegar dan lebih bijak dalam mengambil keputusan. Untuk saya pribadi, masalah dan ujian justru semakin membuat saya semakin dekat dengan Tuhan, dimana saya benar-benar merendahkan diri saya sebagai manusia yang kecil dan lemah, dan menyerahkan semuanya ke tangan pencipta saya.
     Let it be, jika memang sudah saatnya terjadi, terjadilah. Seberapapun buruknya yang terjadi, semua akan terasa lebih ringan ketika kita lebih berpasrah dan bersyukur. Mungkin ini memang harus menggunakan kacamata iman, kita harus percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, tapi secara logika, kita bisa percaya bahwa meletakkan beban kita dan lebih berpasrah itu jauh terasa lebih ringan daripada kita terus memikirkan masalah kita hingga menguras energi, bahkan hingga jatuh sakit. Let it be! Just carry on, itu kuncinya.
     Saya selalu suka kutipan kata-kata Maya Angelou, I have learned that no matter what happens, or how bad it seems today, life does go on, and it will be better tomorrow. Hidup memang selalu berjalan, senang dan sedih silih berganti, saya tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, atau bahkan seberapa buruk yang terjadi pada hari ini, semua akan berlalu pada waktunya.
   Semua kebahagiaan, kesedihan ataupun masalah pasti akan berlalu, namun bukan itu point pentingnya, yang lebih penting adalah bagaimana proses kita dalam menyelesaikan masalah atau ujian hidup kita tersebut. Apakah kita bisa menyelesaikan masalah dengan bijak dan dewasa, atau justru membuat masalah semakin runyam dan menyerah begitu saja. Dalam hal ini, kita harus selalu optimis, bahwa kita pasti dapat menyelesaikan ujian kita dengan cara elegant, sehingga masalah dapat selesai, kita dapat menjadi pribadi baru yang lebih baik dari sebelumnya, pribadi yang lebih kuat dan tahan uji.
     Walaupun saya tahu pasti sakit,  tapi saya yakin, sangat-sangat yakin, bahwa saya tidak takut dengan ujian apapun yang tengah terjadi saat ini atau yang mungkin akan terjadi nanti di depan sana. Saya mengibaratkan hidup seperti piano, tuts putih adalah kebahagiaan, dan tuts hitam adalah kesedihan, maka agar tercipta harmonisasi suara yang indah, piano tidak hanya dimainkan tuts putihnya saja, tetapi tuts hitampun perlu dimainkan. Ketika kita bersedih karena mendapati 36 'tuts hitam' dalam hidup kita, maka bersyukurlah, kita masih memiliki 52 'tuts putih' sebagai alasan kita untuk tersenyum.
     So, don't give up! Segala masalah, seberapapun beratnya itu, pasti ada jalan keluarnya, segala ujian pasti ada titik terangnya. Tetap bersabar, berpasrah, dan bertekun dalam doa. Saya percaya Dia yang diatas sana, jauh lebih tau apa yang terbaik bagi mahkluk ciptaannya.

Monday, 4 August 2014

GAMBAR HATI

Sejak kecil saya termasuk anak yang tidak jago menggambar dan sering mendapat nilai 60 dipelajaran menggambar. Saya masih ingat, waktu TK, di pelajaran menggambar, ketika kebanyakan teman saya menggambar pemandangan, gunung dengan jalan di tengahnya serta sawah yang membentang di kedua sisinya, justru saya selalu menggambar hati, kemudian saya beri warna merah jambu. Entah kenapa setiap kali disuruh menggambar, saya selalu menggambar hati.
Sampai suatu ketika, guru saya menanyakan, mengapa saya selalu menggambar hati, saya jawab karena saya suka ‘cinta’ dan hati adalah simbol cinta. Guru saya bertanya lagi, dari mana saya tahu tentang hal itu, saya jawab dari majalah Bobo. Besuk paginya, orang tua saya dipanggil ke sekolah karena jawaban saya itu.
Waktu kecil saya memang selalu suka menggambar hati, dengan pikiran polos bahwa hati adalah simbol cinta, saya suka cinta, karena cinta itu kedamaian, cinta itu kebahagiaan, cinta itu pembawa semangat. Saya merasakan cinta itu di dalam keluarga saya. Betapa seringnya orang tua saya, kakek nenek saya mengatakan bahwa mereka mencintai saya, dan saya merasakan kedamaian dan kebahagiaan di dalam lingkaran ‘cinta’ itu.
Seiring saya bertambah dewasa, mulailah saya tahu, bahwa ‘cinta’ itu kompleks, cinta memiliki makna yang luas dan universal. Cinta orang dewasa tidak sepolos dan sesimple ‘cinta’ yang saya kenal waktu saya kecil dulu. Saya juga mulai tahu, bahwa selain gambar hati yang utuh, juga ada gambar hati yang retak. Saya mulai tahu bahwa cinta tidak selamanya membawa kedamaian dan kebahagiaan, bahwa cinta juga kadang posesif dan ingin memiliki, bahwa cinta tidak selamanya berbalas, dan bahwa cinta tidak selamanya bersifat abadi.
Seperti yang saya pernah tulis di tulisan-tulisan saya sebelumnya, hidup adalah sebuah proses, selalu berproses menjadi dan tak pernah berhenti. Memang idealnya, dalam proses itu kita dapat selalu bertumbuh jadi pribadi baru yang lebih baik dari hari ke hari. Demikian halnya dengan cinta, cinta pun juga berproses, idealnya cinta dapat bertumbuh menjadi cinta yang lebih sempurna, namun terkadang justru sebaliknya karena konflik dan kesalahpahaman, ambisi dan ego pribadi, dalam proses itu, cinta justru berubah menjadi benci atau bahkan justru saling menyakiti dan menjatuhkan satu sama lain.
Contohnya adalah sebuah keluarga yang hancur karena perselingkuhan, berakhir di perceraian, kemudian rebutan harta, dan salah satu pasangan meninggal karena bunuh diri. Atau diberita juga sering kita dengar seorang remaja dibunuh pacarnya karena berselingkuh. Cinta sedemikian cepatnya berubah menjadi kebencian. Seakan-akan benci dan cinta itu satu paket. Mungkin benci adalah hadiah dari cinta. Mungkin.
Seperti biasa, seburuk apapun itu, saya lebih suka memandang sesuatu dari sisi positifnya. Saya pun sampai sekarang lebih suka melihat ‘cinta’ seperti pikiran polos saya waktu kecil, cinta itu kedamaian, cinta itu kebahagiaan, cinta itu pembawa semangat, dan bukan sebaliknya. Bukan berarti selama proses kehidupan, saya tidak pernah merasakan sakit ketika mencintai sesuatu atau seseorang, namun dengan memberikan ‘cinta’ saya belajar banyak hal, dan justru itu semakin menguatkan saya. Ketika cinta kita tak berbalas, maka saat itu kita belajar tentang ketulusan, Ketika seseorang yang kita cintai meninggalkan kita, maka kita sedang belajar keikhlasan, ketika orang yang kita cintai berada jauh dari kita, maka kita belajar tentang kesetiaan, ketika hati terluka sangat dalam, maka saat itu kita belajar tentang memaafkan. Itulah yang dinamakan mencintai dengan dewasa.

Yuk! mari kita belajar mencintai dengan dewasa, dan akhirnya kita pun dapat merasakan lingkaran cinta yang penuh kedamaian dan kebahagiaan dari orang-orang di sekitar kita.

Thursday, 19 June 2014

SURAT SEORANG GADIS KEPADA AYAHNYA

Minggu lagu saya mendapat kiriman cerita ini via email dari seorang teman. Ceritanya sangat inspiratif dan mengajarkan kita tentang seni bersyukur. Berikut ceritanya :

Di suatu pagi yang cerah, tapi tidak seperti hati seorang ayah yang memeriksa kamar puterinya yang terlihat sangat rapi... (tumben, batin ayahnya) dan menemukan sepucuk surat di atas meja dengan amplop bertuliskan “Untuk Ayahanda tercinta” ..dengan penuh was-was dan tangan gemetar, sang ayah membuka amplop dan membaca isi suratnya.
Dengan perlahan dan penuh seksama sang ayah mulai membaca…

Ayah tercinta,
Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik. Setelah bertemu dia, ayah juga pasti akan setuju meski dengan tattoo tatto dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua).
Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama. Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.
Ayah…jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.

Sang Ayah wajahnya merah padam,dengan perasaan campur aduk..ada marah..emosi..tapi kekawatiran dan penyesalan juga
terlihat dari sorot matanya.

Ternyata masih ada lembar kedua yg belum terbaca.
Nb :
Ayah, tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan bahwa masih ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai rapotku yg banyak angka merahnya itu. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya. Aku ada di tetangga sebelah.
Tidak seperti kebanyakan ayah yang sedih melihat rapor anaknya yang buruk, hati ayah justru berbunga-bunga karena ia tidak kehilangan anaknya. Memang kali ini, keterlaluan sekali becanda anak gadisnya!
Sahabat, Cerita ini sebenarnya adalah mengajarkan kita tentang seni bersyukur dan seni berkomunikasi dengan diri. Kalau Anda ingin bersyukur atas kesulitan yang kita terima maka kita sebaiknya membayangkan kesulitan lebih besar yang mungkin bisa kita alami. dengan demikian kita bisa menghindari diri dari stres atau kegalauan yang berkepanjangan.
Masalah kekecewaan hati atau rasa tidak bersyukur biasanya tidak berhubungan dengan uang tapi lebih karena penerimaan hati. Orang yang tidak bersyukur biasanya FOKUS PADA YANG TIDAK DIPUNYAI sedangkan ORANG BERSYUKUR FOKUS PADA YANG DIMILIKI.
Kita bisa melihat anak kampung bahagia main layang layang yang 1 set berharga tidak lebih dari Rp 5000. Tapi anak orang kaya ngambek pada orang tuanya padahal baru dibelikan pesawat remore control seharga 5 juta. Kenapa? Karena anak kaya itu suka dengan yang model baru seharga 15 juta.
Ada anak kaya yang ngambek pada orang tuanya karena link internet putus satu hari karena lupa bayar bulanan, padahal ia sudah beruntung bisa mengakses internet selama 29 hari sebelumnya.
Memang apa yang dilakukan si gadis pada Ayahnya agak keterlaluan, tapi itu gambaran dramatis tentang bagaimana bisa membuat diri kita bersyukur apa adanya.
Sudahkan Anda bersyukur hari ini?

Tuesday, 17 June 2014

Untold Story

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ia membuat sesuatu indah pada waktunya (Pengkhotbah 3:1, 3:11)

Seperti hanya bermain pazzel, hidup pun bagi saya seperti menyusun pola-pola pazzel kehidupan. Antara kejadian satu dengan yang lain saling berhubungan satu sama lain, namun kadang sulit kita mengerti dan kita pahami. Kadang kita bertanya, mengapa kejadian itu terjadi? Apa sebenarnya yang Tuhan kehendaki? lebih-lebih apabila kejadian tersebut sangat berat bagi kita. Sampai di suatu titik, kelak kita akan sadar bahwa rencana Tuhan tak akan pernah salah.
Saya sempat mengalami, dimana saya berada dititik terlemah dalam hidup saya, yaitu saya kehilangan orang yang sangat saya sayangi. Dia cinta pertama saya, bahkan ketika saya belum mengenal arti cinta sesungguhnya. Dia penopang hidup saya, penolong saya ketika saya jatuh, penghibur saya ketika saya menangis, guru, pembimbing dan teladan hidup saya. Ya! dia adalah Ayah saya. Saya telah kehilangan dia selama-lamanya. Tuhan memanggil ayah saya satu tahun yang lalu (2013).
Dunia saya yang semula lengkap dan penuh warna, mendadak menjadi kelabu. Semua terjadi begitu cepat. Waktu itu tanpa firasat apapun, tepat tanggal 4 Juni 2013 pagi hari, saya yang waktu itu sedang berada di kantor, diberi kabar oleh ibu saya bahwa Ayah saya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Sayapun segera meninggalkan kantor saya yang berada di Jogja dan berangkat ke Rumah Sakit Dr. Moewardi Solo bersama adik dan saudara-saudara saya.
Sementara itu, kondisi Ayah saya semakin memburuk, kondisinya kritis, sekujur tubuh Ayah sudah lemas dan dingin, tekanan darah drop, detak jantung turun. Ibu saya seorang diri menemani Ayah saya diruang ICU. Saya tahu bagaimana perasaannya saat itu, melihat orang yang sangat dicintainya sedang berjuang melawan maut.
Saat itu, saya merasakan perjalanan dari Jogja ke Solo menjadi perjalanan terlama yang pernah saya lalui. Semakin lama perasaan saya semakin tak tenang. Setiap kali ada telpon masuk, saya semakin lemas. Saya ketakutan. Pikiran saya tak menentu. Saya takut, hal yang paling saya takutkan di dunia ini terjadi, yaitu kehilangan orang tua saya. Saya belum siap untuk kehilangan dia.
Saya mulai sibuk dengan pikiran saya, sampai tak sadar bahwa mobil berputar arah, yang semula menuju Rumah Sakit, ternyata menuju rumah saya. Sesampainya di depan rumah, saya sangat kaget karena sudah banyak karangan bunga duka cita di depan rumah saya, banyak sekali orang mengenakan pakaian hitam. Suara tangis bersahutan terdengar. Dan detik itu saya sadar, bahwa saya telah kehilangan Ayah saya untuk selama-lamanya.
Ayah meninggal tanpa meninggalkan pesan apapun bagi saya, adik saya ataupun Ibu saya. Sedih ketika saat-saat terakhir, saya tidak berada di samping Ayah saya.  Saya belum sempat memberikan pelukan terakhir saya, dan mengatakan betapa saya sangat mencintai Ayah saya. Saya belum sempat minta maaf atas segala kesalahan saya. Saya belum sempat berterima kasih atas cinta, kasih sayang, perhatian, bimbingan, ataupun materi dan segala hal yang telah Ayah berikan untuk saya dan adik saya.
Memang terasa sangat berat, kehilangan Ayah. Saya sempat berada di masa-masa sulit, dimana saya kehilangan arah, tidak ada lagi penopang dalam hidup saya. Tidak ada lagi tempat berbagi suka dan duka. Impian saya untuk diantarkan Ayah saya ke depan altar perkawinan pun juga harus berakhir. Dunia saya terasa sepi dan tidak lengkap lagi. Ayah sudah berada di ruang dan waktu yang berbeda. Sulit menerima kenyataan ini.
Seperti halnya menyusun pazzel, saya pun mulai menemukan kepingan-kepingan pazzel yang lainnya. Saya memutuskan untuk pindah kantor ke Jakarta. Dulu, mungkin saya bertanya-tanya apa sebenarnya kehendak Tuhan? apa tujuan Tuhan menuntun saya meninggalkan tempat yang satu dan menaruh saya ke tempat yang lain? apa tujuan Tuhan untuk mempertemukan saya dengan orang yang satu dan memisahkan saya dengan orang yang lain? Namun kini saya mengerti, bahwa rencana Tuhan tak pernah salah. Dari kesedihan dan kehilangan, saya belajar untuk menjadi manusia yang lebih kuat dan sabar. Bahkan, tak pernah terpikir sebelumnya bahwa saya sanggup melewati ini semua dengan baik. Kuncinya adalah jangan meneyerah. Jangan sekali-kali menyerah. Untuk perkara besar ataupun kecil. Jangan menyerah. Percayalah pasti akan selalu ada pelangi setelah badai hebat.
Saya yakin, orang sebaik Ayah pasti di terima di sisi Tuhan. Dalam berbagai kesempatan, siapapun yang sempat mengenal ayah, pasti tak menyangsikan kebaikan dan kemurahan hatinya. Semoga saya dapat meneladan sikap baik Ayah, dan dapat menjadi pribadi yang lebih kuat, sabar dan ikhlas dari hari ke hari.
Satu hal lagi, saya percaya apapun itu sebutanNya, diatas sana ada yang mengatur hidup kita, dan dia amat baik. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, pandanglah bahwa itu semata-mata karena cintaNya kepada kita, untuk menjadi kan kita pribadi yang lebih baik dan hebat dimataNya.
My Father Vitus Soejito



Friday, 13 June 2014

TENTANG PERHATIAN

Pernah mendengar istilah : The more you care, the more you have to lose? Yang berarti semakin besar kamu memberikan perhatian kepada seseorang, maka semakin besar kamu kehilangan dia ketika dia pergi. Istilah tersebut ada benarnya, namun alangkah lebih baiknya jika kita selalu berfikiran positif dalam memandang sesuatu. Bagaimana kalau analoginya kita balik, yaitu perhatian berbanding lurus dengan kebahagian, semakin kita memberikan dan mendapatkan perhatian dari seseorang maka semakin besar kadar rasa bahagia kita, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, sehingga tak dapat dipungkiri ingin selalu diperhatikan dan memperhatikan orang lain.
Diperhatikan dan memperhatikan orang lain, berarti terdapat tukar-menukar perhatian. Kesatuan  perhatian yang terdapat jika dua orang saling tukar menukar perhatian disebut Stroke. Stroke atau perhatian terbagi dalam beberapa bentuk, mulai dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks. Bentuk perhatian yang sederhana, misalnya perhatian verbal dengan mengucapkan “Take care ya.” Atau juga bisa dengan pertanyaan “ kamu sudah makan belum? Jangan telat makan, nanti kamu sakit”. Perhatian juga dapat berupa sesuatu yang bersifat materi, misalnya : saya memberi hadiah ulang tahun kepada orang tua saya, atau saya memberi uang kepada pengamen jalanan.
Mungkin dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah biasa melakukan stroke, sampai kita tidak sadar akan hal itu. Kita akan sadar jika telah terjadi penyimpangan dalam stroke, misalnya saja, saat perhatian kita kepada orang lain tak berbalas. Kita menyapa dan tersenyum dengan seseorang, namun orang tersebut tidak membalas senyum dan sapaan kita, maka kitapun akan merasa tidak nyaman. Macam-macam pertanyaan bergejolak dalam benak kita, “Adakah yang salah sama diriku, sampai dia tidak mau membalas sapaanku tadi?”
Kita sudah terlalu biasa menerima perhatian, baik itu perhatian yang bersifat simple, seperti saling senyum dan mengucapkan selamat pagi, sampai perhatiaan yang lebih mendalam. Sehingga saat kita tidak menerima perhatian tersebut jiwa menjadi tidak tenang. Karena pada dasarnya setiap manusia membutuhkan perhatian.
Ada beberapa jenis perhatiaan, yaitu yang pertama dengan atau tanpa kata, verbal, atau non-verbal; yang kedua negative atau positif; dan yang ke tiga bersyarat atau tidak bersyarat. Saya akan memberikan contohnya satu-persatu.
Setiap weekend, saya dan teman-teman biasanya bertemu dan jalan bareng, kita biasanya makan, mengobrol, bergosip, dan foto-foto selfie. Kami tak hanya saling berbagi makanan, tapi juga berbagi cerita, kadang juga menepuk pundak, bersalaman, dan juga berpelukan. Dengan demikian dalam aktivitas tersebut terdapat penukaran perhatian dalam bentuk perkataan dan dalam bentuk tanpa kata, yang dinamakan juga bentuk perhatian verbal dan non verbal.
Perhatian yang ke dua adalah mengenai pehatian positif dan negative. Saya ambil contoh berikut ini : seorang anak tunggal dan berasal dari keluarga berada, namun sayang dia kurang mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya. Sehingga dia merasa kurang kasih sayang dan perhatian. Sampai dewasapun dia masih seperti anak-anak, dia selalu mencari perhatian orang lain dengan kenakalan-kenakalan dan keisengan yang dia buat. Sehingga orang lain atau teman-temannya akan memberikan perhatian yang negative kepadanya. Namun, buat dia, biarpun sakit, lebih baik diperhatikan secara negative, daripada tidak mendapat perhatian sama sekali.
Bentuk perhatian yang terakhir adalah mengenai perhatian yang bersyarat dan tidak bersyarat. Sebagai contoh, biasanya setiap perusahaan akan memotifasi para karyawannya dengan memberikan award atau penghargaan bagi karyawan yang berprestasi. Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi dan perhatian perusahaan bagi para karyawannya. Misalnya, apabila divisi marketing mencapai target perusahaan, mereka akan mendapat penghargaan dan bonus lebih dari perusahaan. Apabila divisi tersebut tidak mencapai target, maka merekapun tidak mendapat award yang telah dijanjikan tersebut. Itulah salah satu bentuk perhatian yang bersyarat.
Biasanya perhatian bersyarat bisa bersifat negative juga. Misalnya saat perusahaan hanya akan memberikan perhatian saat karyawan berdemo atau mogok kerja, sehingga kadang-kadang karyawan sering mogok kerja atau bahkan berdemo dengan disertai perusakan, agar dia mendapat perhatian perusahaannya.

Demikian sebagian kecil, contoh bentuk-bentuk perhatian dalam hidup kita sehari-hari. Yuk, saling mengisi dan melengkapi satu sama lain dengan cara saling berbagi perhatian, tentunya dengan berbagi perhatian yang positive dan membangun. Selamat berbagi! J

Thursday, 12 June 2014

ESENSI TELEVISI

Setelah pulang kantor kemarin, iseng-iseng saya menyalakan televisi, sempat pesimis mendapatkan program acara televisi yang menarik. Ternyata dugaan saya benar, secara tidak sengaja saya menonton stasiun televisi yang saat itu sedang menayangkan FTV (Film Televisi) yang berjudul “Aku Dibuang Suamiku Seperti Tisu Bekas”. Dari judulnya sudah bisa dibayangkan bahwa FTV tersebut tak jauh dari unsur kekerasan dan bias gender.  Bukannya terhibur, acara tersebut justru membuat saya semakin jengkel dan sedih.
Entah kenapa semakin lama program-program acara di televisi Nasional, semakin tidak mendidik, padahal televisi mempunyai peran penting bagi masyarakat. Terdorong dari keprihatinan saya terhadap program-program acara di televisi nasional, berikut ini saya mencoba menulis tentang esensi televisi secara sederhana.

Kebudayaan manusia terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu kebudayaan lisan, tulisan, dan audiovisual. Kebudayaan manusia yang teranyar adalah kebudayaan audiovisual, yaitu perpaduan antara teknologi audio (suara) dan visual (gambar/gerak). Contoh benda hasil budaya audiovisual adalah internet dan televisi. Sedangkan ciri-ciri kelompok masyarakat dalam budaya tersebut adalah, kelompok  masyarakat yang aktif, kreatif, modern, dan menyukai hal-hal yang bersifat instan.
Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru, merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil (Wibowo, 1997 : 1).
          Pada dasarnya, televisi dibuat oleh sebuah lembaga penyiaran. Penyiaran adalah kegiatan pembuatan dan proses menyiarkan acara siaran radio maupun televisi, serta pengelolaan operasional perangkat lunak dan keras, yang meliputi segi idiil, kelembagaan dan sumber daya manusia, untuk memungkinkan terselenggaranya siaran radio atau televisi (Wahyudi, 1994 : 6).
          Siaran, terlebih lagi siaran televisi memiliki daya penetrasi sangat kuat terhadap individu/kelompok, akibatnya siaran televisi dapat menimbulkan dampak yang luas bagi masyarakat. Mau dibawa ke positif atau sebaliknya, sangat tergantung dari “The man behind the broadcasting”.
     Karena memiliki pengaruh yang besar bagi khalayak, maka dalam hal ini terdapat patokan-patokan bagi penyiaran televisi, agar menimbulkan efek yang positif bagi khalayak. Patokan-patokan tersebut menurut Wahyudi (1994 : 5) adalah dihasilkannya:
·      Siaran yang berkualitas      : adalah siaran yang kualitas suara atau gambar prima
·      Siaran yang baik               : adalah siaran yang isi pesannya, baik audio dan visualnya bersifat normatif, edukatif, persuasif, akumulatif, komunikatif, dan stimulatif, serta sejalan dengan ideologi, norma, etika, estetika dan nilai-nilai yang berlaku
·      Siaran yang benar             : adalah siaran yang isi pesannya baik audio dan atau visualnya diproduksi sesuai dengan sifat fisik medium radio dan atau televisi.
       Sehingga dapat disimpulkan, bahwa penyiran televisi dapat dikatakan bermutu tinggi apabila dapat memenuhi standar atau patokan yang telah disebutkan diatas. Apabila salah satu dari aspek tersebut tidak ada, maka penyiaran televisi dapat dikatakan kurang bermutu.
Televisi ada untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Manfaat yang diberikan hendaknya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dan bukan hanya dirasakan oleh sekelompok orang saja.Oleh karena itu, harus ada keberimbangan pada setiap acara-acara dalam televisi tersebut.
Penyiaran acara televisi harus mencakup ketiga manfaat televisi yang telah disebutkan diatas, yaitu untuk sarana hiburan, edukasi/pengajaran dan menyampaikan informasi. Sehingga, dengan demikian, televisi baru dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat. Apabila hanya salah satu aspek saja yang ditekankan, misalnya hanya acara-acara hiburan yang lebih banyak ditayangkan dalam televisi, maka hal tersebut dapat dikatakan bahwa televisi memberikan manfaat yang tidak berimbang bagi masyarakat.
Acara-acara yang bersifat hiburan jauh memberikan keuntungan/profit bagi stasiun televisi, karena akan mendapatkan banyak sponsor (iklan), sehingga hal tersebut mengakibatkan stasiun televisi lebih banyak memberikan program acara yang bersifat hiburan daripada edukasi ataupun informasi. Tentu hal tersebut sangat disayangkan, karena masyarakat tidak dapat mendapatkan haknya untuk memperoleh siaran yang mendidik atau mendapatkan informasi yang mencukupi.

Wednesday, 11 June 2014

BORN AGAIN

Terlahir kembali! Itulah kata ajaib yang mendorong saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Meninggalkan kebiasaan dan sifat-sifat buruk di masa lalu, dan menggantinya dengan kebiasaan baik. Setiap hari, dari hari ke hari, saya selalu mendorong diri saya untuk terlahir kembali, menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi tutur kata, sifat, hingga cara berpakaian dan berdandan.

Saya percaya, hidup adalah sebuah proses kehidupan. Ibaratnya, kita sekarang sedang menimba ilmu di Universitas kehidupan, sehingga harusnya kita pun dapat memperoleh ilmu dari kehidupan. Ketika kerja kita tidak dihargai, maka saat itulah kita sedang belajar tentang KETULUSAN. Ketika usaha kita dinilai tidak penting, maka saat itu kita sedang belajar KEIKHLASAN. Ketika hati kita terluka sangat dalam, maka saat itu kita sedang belajar tentang MEMAAFKAN. Ketika kita lelah dan kecewa, maka saat itu kita sedang belajar tentang KESUNGGUHAN. Ketika kita merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kita sedang belajar tentang KETANGGUHAN. Ketika kita harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kita tanggung, maka saat itu kita sedang belajar tentang BERMURAH HATI.
Pribadi yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan, tapi kesukaran, tantangan ataupun air mata, hal tersebut justru membuat saya terus bertumbuh dan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari-kehari. Born again. Terlahir kembali. Menjadi pribadi yang baru yang lebih baik lagi.
Demikian halnya dengan blog ini, My Mirror Story. Terdorong rasa kangen yang teramat sangat, akhirnya saya mulai menulis lagi. Dunia kerja ternyata cukup membuat saya mati sesaat, dimana aktivitas-aktivitas favorit yang dulu saya lakukan sewaktu kuliah seperti menulis, liputan, traveling, menyanyi, fotografi, hangout kapanpun saya mau, tidak bisa lagi saya lakukan dengan longgar di dunia saya sekarang. Rutinitas saya sekarang setiap hari seperti mesin yang sudah disetting secara otomatis, rumah-kantor-rumah-kantor, sehingga tak banyak waktu lagi untuk menikmati aktivitas-aktivitas favorit saya seperti dulu lagi.
Kangen. Siapa yang bisa membendung rasa itu, ketika perasaan itu muncul, satu-satunya penawar adalah melampiaskan kangen itu. Mulailah saya menulis blog lagi untuk mengobati rasa kangen saya kepada dunia tulis-menulis. My Mirror Story adalah blog baru, lanjutan dari blog lama saya berjudul Me and My Mirror, sewaktu masa kuliah. Tentu banyak perbedaan antara blog lama dan baru, baik dari segi isi maupun gaya bahasanya. Seperti halnya saya, Me and my Mirror pun terlahir kembali, berproses menjadi tulisan-tulisan yang lebih baik lagi.

Semoga tulisan dan share dari saya ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua. Tetap semangat, tetap sabar, tetap tersenyum, tetap tekun. Karena kita sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN. TUHAN menaruh di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”. Thank for reading.

FORMULA KEBERUNTUNGAN

The best luck of all is the luck you make for yourself (Douglas MacArthur)   Kita mungkin pernah tau bahwa di dunia ini ada jenis manusi...